Dalam
UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 2 diterangkan bahwa “pendidikan nasional
adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berdasarkan pada
nilai-nilai agama, kebudayaan, nasional Indonesia dan tanggap terhadap
perubahan zaman”. Pada dasarnya pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap
perkembangan bangsa. Apabila anak tidak diberikan pendidikan yang layak untuk
perkembangan pengetahuannya maka dia akan tertinggal oleh kemajuan zaman.
Di era
globalisasi seperti saat ini,
sains dan teknologi
menjadi suatu nilai jual yang penting di dunia
Internasional. Apabila suatu negara ingin diakui dunia maka negara tersebut
harus memiliki kualitas yang setara dengan negara-negara besar di dunia, salah
satunya dengan kemajuan dalam bidang sains dan teknologi. sains dan teknologi
mempunyai peranan yang penting dalam kemajuan peradaban suatu bangsa.
Matematika merupakan salah satu bagian terpenting
dalam sains. Selain itu, matematika
juga sebagai bahasa
pengantar teknologi sangat
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
karena mata pelajaran ini sangat terkait dengan cabang ilmu yang lain seperti
fisika, kimia, astronomi, ekonomi
dan sosial. Menyadari
akan peran penting matematika
dalam kehidupan, maka
matematika selayaknya
merupakan kebutuhan dan
menjadi kegiatan yang
menyenangkan. Kegiatan ini biasa
kita sebut pembelajaran.
Pembelajaran sebagai muara
pentransferan ilmu antara guru
sebagai fasilitator dan siswa sebagai penerima.
Keberhasilan proses
pembelajaran merupakan hal utama yang
diinginkan dalam
melaksanakan pendidikan di
sekolah. Dalam proses
pembelajaran, komponen utama adalah guru dan siswa. Tetapi kenyataanya
masih banyak siswa yang mengalami kesulitan maupun kegagalan, kesulitan maupun
kegagalan dalam belajar merupakan kasus
tersendiri yang tidak
terbatas pada mata
pelajaran tertentu, tetapi hampir
pada semua mata
pelajaran. Kesulitan dalam
belajar disebabkan oleh
banyak faktor. Diantaranya
guru terlalu monoton
dalam penyampaian materi menyebabkan
proses belajar mengajar
menjadi kurang optimal. Agar
proses pembelajaran berhasil, guru diharapkan mampu menerapkan metode yang tepat
dan sesuai dengan
pengajaran matematika, guru
diharapkan pula mampu menanamkan
pengenalan lambang-lambang, konsep,
prinsip dan bagaimana menanamkan
penggunaan prinsip atau rumus yang ada.
Menurut Ahmad
Rohani (2004: 118)
Metode mengajar/pengajaran, selain ditentukan/dipengaruhi oleh tujuan,
juga oleh faktor kesesuaian
dengan bahan, kemampuan guru
untuk menggunakannya, keadaan peserta didik, dan situasi yang
melingkupinya. Dengan kata
lain, penerapan suatu
metode pengajaran harus memiliki :
Dalam pembelajaran
matematika siswa diharapkan
mampu menjelaskan obyek belajar matematika yang berarti siswa dapat
menjelaskan setiap persoalan dalam
matematika dan
penyelesainnya tidak hanya
dengan satu syarat kemampuan tetapi harus dengan banyak
kemampuan yaitu mengerti akan konsep, prinsip sebelumnya, dan sekaligus memahami persoalan
yang ada. Berdasarkan buku-buku penunjang
pelajaran matematika yang
mengacu pada kurikulum, banyak dijumpai soal-soal yang
berbentuk soal cerita hampir pada setiap materi pokok. Untuk
memudahkan siswa menguasai
dan memahami penyelesaian
soal matematika, khususnya soal
matematika bentuk cerita
maka siswa haruslah menguasai aturan-aturan
dan rumus, selain
itu perlu disertai
banyak latihan mengerjakan soal
karena apabila tidak disertai dengan latihan maka siswa akan sulit dalam
mencapai keberhasilan belajar.
Kenyataan
masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami arti kalimat-kalimat dalam
soal cerita juga
terjadi di SD Karangtempel Semarang khususnya pada kelas IV. Kelas
yang terdiri dari
21 siswa ini menganggap
matematika termasuk salah
satu pelajaran yang
sulit di pahami, apalagi ketika
harus menyelesaikan soal
pemecahan masalah yang berbentuk soal cerita. Sebagian
besar siswa kurang terampil
dalam menyelesaikan soal.
Beberapa faktor penyebab kurang terampilnya
siswa dalam menyelesaikan soal
yaitu siswa mengalami kesulitan ketika
mengkonstrusikan soal ke
dalam model matematika.
Salah satu metode dari cooperative learning adalah
metode CIRC yang merupakan singkatan dari Cooperative Integrated Reading and
Composition, Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru untuk mengajar
siswa dalam rangka meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Slavin (Yuliana: 2013) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif CIRC
merupakan sebuah program pemahaman
membaca dan menulis pada tingkat sekolah dasar, menengah, dan atas. Namun CIRC
telah berkembang bukan hanya dipakai pada sekolah-sekolah dasar dalam
pembelajaran bahasa tapi dapat digunakan dalam pembelajaran eksak seperti
matematika. Oleh karena itu, peneliti ingin memberikan solusi dengan
mengujicobakan “model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated
Reading and Composition” sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar
matematika materi FPB dan KPK pada siswa sekaligus melibatkan siswa secara
aktif baik fisik, mental, moral maupun sosial dalam proses pembelajaran
sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Melalui metode
ini, suasana belajar
yang ditimbulkan akan
lebih terasa menyenangkan karena
siswa belajar dan saling bertukar pikiran dengan temannya sendiri. Selain
dapat meningkatkan kemampuan
siswa secara individu,
juga melatih dalam bekerjasama
dalam kelompok yang
pada akhirnya memacu peningkatan
hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas untuk meningkatkan
hasil belajar matematika siswa pada materi FPB dan KPK kelas IV SDN
Karangtempel Semarang peneliti terdorong untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Model CIRC Berbantu Media Pangan Terhadap Hasil Belajar
Matematika Materi FPB & KPK Pada Siswa Kelas IV SDN Karangtempel”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar